Benarkah ibu selalu tahu yang terbaik?
Sebenarnya
tidak selalu demikian. Banyak faktor yang memengaruhi seberapa besar
ibu tahu kebutuhan anak-anaknya. Darjanti menyebut salah satu faktor
yang penting, kualitas komunikasi antara ibu dan anak-anaknya.
“Lagi pula, peran pengasuhan anak yang hanya dilakukan oleh ibu
adalah paradigma lama. Pola pengasuhan anak yang sesuai untuk situasi
dan kondisi saat ini adalah ayah dan ibu menjadi satu tim yang tidak
terpisahkan dalam mengasuh anak-anaknya,” papar Darjanti.
Bukan berarti ayah harus setiap hari juga berada di rumah untuk
mengurus anak, sehingga mengabaikan tugas mencari nafkah. Setiap
keluarga tidak bisa menerapkan sama persis bagaimana dan seberapa besar
peran ayah dalam pengasuhan anak.
Karena masing-masing keluarga memiliki situasi dan kondisi yang
berbeda. Misalnya, bila ibu juga bekerja. Jadi pada dasarnya, baik ayah
maupun ibu harus mengenali betul siapa anak-anaknya dan apa kebutuhan
masing-masing anaknya.
“Walaupun dilahirkan lewat rahim yang sama, anak adalah manusia yang
memiliki perbedaan secara individu bahkan anak kembar sekalipun,”
sambungnya.
Memang ada hal-hal yang mana ibu tahu persis situasi dan kondisi yang
sedang dialami anaknya. Karena seorang ibu juga pernah menjadi anak.
Tapi tanpa disadari, justru ini yang sering dijadikan “senjata” oleh
para ibu agar anaknya menurut.
Banyak ibu yang takut kehilangan wibawa atau kehilangan figur sebagai
orang yang dihormati, bila gagal membuat anak menuruti kemauannya.
“Kesalahan yang biasanya dilakukan ibu adalah memiliki anggapan,
situasi dan kondisi yang dialami anaknya sama persis yang dialaminya
ketika seusia anaknya. Padahal bisa saja situasinya tidak persis sama,
karena zamannya sudah berbeda. Lalu terburu-buru menyimpulkan tanpa
bertanya atau mendengarkan penjelasan anak, dan gengsi untuk meminta
maaf kepada anak sekalipun sadar telah salah,” perinci Darjanti.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking